Keris Pundak Setegal |
Keris Jangkung Pundhak Setegal, Senaopaten |
Keris Jangkung Pundhak Setegal, Senaopaten |
Keris Jangkung Pundhak Setegal, Senaopaten |
Pudhak Sategal merupakan nama dari ricikan Keris yang terletak di bagian sor-soran di tepi bilah. Bentuk ricikan ini menyerupai daun Pudhak (Pandan) dengan ujungnya yang meruncing. Bentuk pola ini, untuk bagian belakang keris pangkal daun dimulai dari sisi tepi bagian bawah sor-soran kemudian meruncing ke atas, kurang lebih sejajar dengan panjang sogokan. Sedangkan untuk bagian depan, pangkal daun dimulai dari atas gandik.
Menurut Serat Centhini, sekar Dhandhanggula, bait ke 24-28 (1992:75) Pudhak
Sategal merupakan dapur keris yang mempunyai luk 5 dengan ricikan
kembang kacang, sogokan dan sraweyan yang diputus bagian bawah.
Sehingga, pola Pudhak Sategal merupakan sraweyan yang dibentuk
menyerupai daun Pudhak.
Menurut Bambang Harsrinuksmo (2004:376), ricikan Pudhak
Sategal baru ada setelah Jaman Mataram Akhir dan popular pada jaman
Surakarta. Keris tangguh Tua seperti tangguh Majapahit, Blambangan,
Tuban dan Madura Tua tidak ada yang memakai ricikan Pudhak Sategal.
Apakah ricikan Pudhak Sategal merupakan pengganti atau terinspirasi pola Kinatah Kamarogan yang populer di jaman Mataram Sultan Agung? Ataukah, sebagai simbol cita-cita Panembahan Senopati saat berupaya mengembalikan kejayaan kerajaan Mataram dengan konsep “ganda arum”? Kata Mataram jika di jarwa dhosok-kan berasal dari kata Mata Arum yang berarti sumber keharuman.
Konsep pemerintahan yang berdasar hati-nurani yang memberikan manfaat
dan kemakmuran pada rakyat dan lingkungannya serta memberikan keharuman
sepanjang masa. Belum ada catatan tertulis atau penelitian yang
memastikan demikian dan tentu, masih memerlukan penelitian untuk
pembuktian lebih lanjut.
Pudhak Sategal merupakan ricikan keris seperti halnya dengan ricikan
lain yang terdapat pada sebilah keris, antara lain : gandik, sogokan,
tikel alis, pijetan dan kembang kacang. Pembuatan setiap ricikan oleh
empu pada keris selain mempunyai tujuan fungsional, juga memuat makna
filosofis.
Bentuk ricikan pudhak sategal pada bilah keris memang
mirip dengan daun pandan/pudhak yang jika tampak dari depan, terlihat
menyembul di kiri-kanan pohon dengan bentuk meruncing ke atas. Mengapa
para pujangga/empu memilih pudhak sebagai simbol ajaran pada karyanya?
Sebenarnya banyak pola yang serupa dengan daun pandan/pudhak yang
meruncing misalnya: gading gajah, tanduk banteng, cula badak dan taring
macan. Bentuk-bentuk tersebut mirip satu dengan lainnya, tapi mungkin
saja kurang mempunyai makna yang mendalam dan kurang akrab dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat.
Empu Keris jaman dahulu memberikan
gambaran pada kita, bahwa mereka merupakan pekerja seni sekaligus
spiritualis. Mereka mempunyai kesanggupan untuk memberikan tema
universal yang menyangkut kehidupan sehari-hari manusia pada setiap
karya mereka. Mereka menjadikan Keris menjadi suatu media introspeksi diri terhadap nilai-nilai humanis dan spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar